Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Gadis Kecil

 Untuk gadis kecil yang selalu aku kecewakan Maaf atas rintihmu yang tak ku dengarkan Sakitmu yang tak kuhiraukan Dan teriakmu yang selalu ku kecam Terkadang kau ingin menangis dengan kencang Tapi selalu kuabaikan Kau ingin menunjukkan kesedihan, tapi selalu kukucilkan Dan saat kau ingin meluapkan kemarahan, Sekali lagi aku membuatmu bungkam Pada akhirnya, kau hanya tersedu dalam diam Sesekali sesak tak teredam Tapi kau tetap melangkah dengan senyuman Sesekali tubuhmu seakan melayang dan kau ingin hilang Tapi kakimu tetap menapak dan kau mengambil topeng dengan riang Terkadang kau merasa asing dan berharap pulang Tapi kau tersadar semua yang datang hanya untuk menghilang Rumah hanyalah sebuah bangunan Sedang yang kau harapkan datang kehangatan Dan ketika mentari datang Kau tatap ia dengan mata terpejam Kau sambut ia di dalam selimut dengan ketakutan disertai ribuan alasan

Hujan

 Malam ini hujan menyapa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dan aku sudah tau apa yang akan kau katakan "Jangan lupa pakai  jas hujan" hahaha Padahal kau tau, aku tidak akan melakukannya, karena bercengkrama dengan hujan adalah hal yang selalu aku rindukan Seperti biasa, kau akan bilang aku bandel bukan? Padahal kau tau, hujan selalu menitipkan padaku sebuah senyuman Kala rintiknya jatuh di kepala atau dinginnya meresap pada indra peraba, rasanya riuhnya dunia tak lagi apa-apa, semua tertutup merdunya air  yang berkecipak bersama teman-temannya Aku ingat ketika kau payungkan tas atau jaketmu untuk melindungiku dari hujan, padahal aku sengaja berlarian, menyapa titik-titik kecil itu dengan riang, dan kau melihatku seakan aku makhluk aneh yang menyebalkan, tapi kau yang belum tau indahnya berkelakar bersama hujan Oh ya, saluran air di ujung gang sudah mulai menggenang, kalau malam ini hujan masih dengan senang hati menurunkan rintiknya, mungkin besok genangan itu ak...

Biru

 Hai Biru, Apa Kabarmu? Apakah kau merasa sakit? Dan apakah aku egois karena memintamu bertahan tanpa bertanya apa yang kau harapkan hanya karena aku takut kehilangan Aku masih ingin banyak bercerita bersamamu Melihat tingkahmu yang lucu yang selalu menghibur dan menguatkanku Tapi apa yang sebenernya kau harapakan? Bertahan atau mencukupkan? Apa yang sedang kau rasa dan fikirkan? Tidakkah kau ingin berbagi inginmu denganku? Mungkin kau bisa ceritakan Sampai kapan kita akan menjalankan skenario Tuhan Mungkin kau sudah dapat bocoran hahahaha Tapi mana mungkin Bukankah kita sama saja Makhluk Tuhan yang hanya menjalankan skrip yang Tuhan berikan Tanpa tahu scene apa yang esok akan kita dapatkan Coba ceritakan, apakah kau bosan? Ini bukan tentang kufur pada nikmat waktu yang kita dapatkan Tapi bukankah boleh sesekali kita memikirkan kapan kita akan dileburkan Apakah sama yang kau fikirkan? Tapi untuk kali ini Bolehkah aku meminta waktumu lebih lama Maukah kau menemaniku lebih lama Mauka...

Bulan di Jendela

 Malam ini bulan tak menampakkan sinarnya Ia tak singgah di jendela Lalu pada siapa aku bercerita Tentang hal-hal kecil yang hari ini diskenariokan semesta Tentang makhluk kecil di kotak kaca Si biru yang mulai sembuh dari luka Yang padanya kuceritakan bahwa aku membenci kehilangan dan aku tak ingin kehilangannya Si putih yang semakin garang dan mempesona Yang padanya kukatakan betapa kuatnya ia yang tetap bertahan meski orang-orang pesimis dengan hidupnya Dan si hitam yang cantik dan manja Yang padanya kuceritakan betapa aku berbahagia memiliki mereka Bulan tak menampakkan dirinya Lalu pada siapa kuceritakan kisah kecil yang sederhana Tentang kecoa yang bisa hidup tanpa kepala Tentang bagaimana daun merubah warna Dan tentang obrolan yang tak hentinya dibicarakan kepala

Sepi yang kembali

 Sepi itu merasuk kembali Rasa kosong itu datang lagi Tanpa Isyarat ia melingkupi Meruntuhkan dinding kokoh yang susah payah berdiri Aku berbalik arah Ku tengok lagi perjalanan yang pernah kulalui Kudapati mereka-mereka yang berakhir pergi Mereka yang datang lalu meninggalkan Dan aku yang masih saja tak terbiasa dengan kehilangan Aku mulai gamang Ketakutan yang selama ini kupendam kembali menghujam Haruskah aku melanjutkan perjalanan Ataukah ku kembalikan diriku terkurung dalam gelapnya malam Aku tidak pernah menyukai  kehilangan Jadi bolehkah bila aku saja yang tenggelam Menutup semua pintu untuk mereka yang datang Bila memang tak ada kebahagiaan Bolehkah aku memilih kehampaan Aku tak ingin merasakan sakitnya ditinggalkan Jadi bolehkah kusembunyikan diriku,  Dan kunikmati semua dengan kesendirian

Ram, bolehkah aku?

 Ram, bolehkah aku membencimu? Bolehkah aku meledakkan semua isi kepalaku kepadamu? Bolehkah aku marah kemudian memakimu? Atau cukuplah aku memintamu menghilang dari jarak pandangku? Bolehkah kuluapkan semua sedihku agar kau tau betapa sakitnya aku Bolehkah kutuliskan semua amarahku agar kau tau betapa aku tak ingin kau datang lagi padaku Atau perlukah ku proyeksikan isi kepalaku agar kau tau, betapa aku ingin kita tak pernah bertemu

Bolehkah Aku

 Bolehkah aku merengek meminta malam tak pernah pergi, meminta bulan bersinar dengan hangat melingkupi, dan hujan bergemericik membunuh sunyi Bolehkah aku meminta ramai yang hening, dengan malam gelap bersinar bening, dan desau angin sayup bergemerincing Dan bolehkah aku berharap hangat kan datang mendekap, menghabiskan malam bercakap dengan dingin yang tak pernah berucap, melepaskan kelesah yang kian merayap oleh semak hati yang lama terendap

Titik Tiga

 Titik tiga dengan tanda tanya Tentang kata yang entah apa artinya Tentang pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah ada jawabannya Tentang tiga titik yang tak dilengkapi kata Tiga titik diujung kata Tak sempat terkirim meninggalkan tanya Mengarsipkan gelisah Menitikan resah pada pipi yang basah Bolehkah kuselipkan tanda tanya Ataukah biar saja ia menjadi cerita Bolehkah kusisipkan mengapa Atau biar saja ia berakhir dengan titik tiga Bagaimana kalau kita simpan saja ia di kepala Kita kunci di tempat terdalam sampai pada akhirnya kita lupa Dan merasa ia tak pernah ada

Tangisan Malam

 Aku ingin menangis malam ini Mendepak sesak Mengubur resah dalam gulita Aku ingin menangis malam ini Mengisi keheningan dengan isak Menerbangkan perih dalam hening Aku ingin menghilang malam ini Bersembunyi dari riuhnya kepala Mengubur diri dalam sepi

Sepi Malam Ini

 Tak ada kata-kata malam ini Aku hanya ingin sepi Bercengkrama dengan diri sendiri Aku bukan apa yang kutulis dalam tulisanku Aku hanyalah debu yang tersapu Yang selalu berteman ragu Aku bukanlah apa yang tampak olehmu Aku hanyalah abu yang berhamburan tertiup bayu Aku takkan sanggup menjadi bintang Namun berharap kau berikan tatapan Aku yang takkan menjadi malam yang  menyelimutimu dengan ketenangan Namun berharap kau bagikan kehangatan Aku,  Manusia biasa yang biasa saja

Tak Apa

 Tak apa bilan bukan hari ini Masih ada esok pagi Jangan terlalu keras pada diri sendiri Dia cukup kuat dengan tetap terus berdiri Tak apa bila memang masih ingin berlari Pastikan saja kakimu tau kapan harus memelan dan berhenti Dan pastikan tanganmu tetap kuat menggenggam mimpi-mimpi Bila kau rasakan lelah Lihatlah ke segala arah Hitunglah sudah berapa banyak kakimu melangkah Lalu ambilah jeda sejenak Rasakan kakimu yang masih berpijak Dan katakan padanya Terima kasih sudah selalu kuat Setelah ini, kita berjuang bersama lagi

Waktu Bersamamu

 Aku ingin menikmati hujan bersamamu Mengobati rindu yang disemaikan oleh waktu Bercerita tentang titik hujan yang selalu saja bisu Aku ingin bercerita kepadamu Tentang malam-malam panjang yang kulewatkan tanpamu Tentang suara dalam gelap yang memanggilmu tuk ada disampingku Aku ingin menghabiskan malam bersamamu Berceloteh dibalik jendela dan menunggu bintang jatuh dari singgasana Menyaksikan orion bergerak di utara Dan bulan sabit yang hanya diam tanpa suara Kemudian kita kehabisan kata

Tunas Rasa

 Untuk rasa yang bertunas tanpa diminta Jangan tumbuh terlalu cepat Aku ingin melihatmu bersemi dengan perlahan Menikmati mekarmu dalam penantian Dan melihatmu tetap dalam keindahan meskipun engkau mulai menggersang Aku ingin menikmati indahmu Menghirup wangimu hingga kau meranggas dan layu Lalu kupupuk dengan rindu Berharap rasa itu tetap jadi milikku Yang akan mekar kembali berkali-kali Hanya untukku dan selalu untuk  aku

Kita

 Aku senang menatapmu dibalik gelap langit-langit kamarku Bertanya pada malam bagaimana kabarmu Kini bukan lagi tentangku menginginkanmu Biarkan saja jalan kita tetap berbeda Biarkan kereta kita melaju di lajur yang tak sama Dan biarkan kita berada di susunan pantone warna yang tak senada Dengan kisah yang takkan lagi sama Kau dengan kisah milikmu Dan aku dengan jalan ceritaku Dan bila nanti kita bertemu di persimpangan jalan yang sama Mari kita saling bertegur sapa Mari kita bercerita tentang betapa lugu dan rapuhnya kita belajar tentang "cinta"

Aku Dan Kaki Kuatku

Aku dan kaki kuatku Meski tak sekuat kaki manusia lain,  tapi ia tak membiarkanku terjatuh Ia mungkin lelah tapi ia tetap berjalan Ia selalu menguatkan meski jalan terjal oleh bebatuan Kita memang tak tau dimana yang disebut tujuan Kita pun tak tau apa yang akan menghadang Tapi ia selalu meyakinkan Di depan akan ada keindahan Dan nanti akan kita temukan tempat untuk kita pulang