Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2023

Aku

Mari bercerita, ini tentangku yang aku sendiri tak dapat mengerti,  aku yang tak hentinya menguras air dalam mataku aku yang mengatakan seakan aku sangat baik tapi tak juga bisa menghentikan air yang terus mengalir di pipi yang aku masih tak tau kenapa ia tak mau berhenti aku ingin bercerita tapi aku takut aku takut hanya akan menjadi beban untuk orang lain dan aku harus baik  aku harus bisa sendiri  aku harus menguatkan diri sendiri  aku harus selalu baik  dan aku pasti selalu baik :)

Bulan dan Jendela

 Beberapa hari yang lalu aku terbangun di tengah malam, lalu kubuka tirai jendelaku dan kutatap bulan sabit yang masih setengah tepat segaris pandangan mataku. Bulan itu seakan menyapaku dibalik jendela dan seolah berkata "Jangan bersedih, purnama pasti akan datang kembali". Tapi apakah bulan purnama berikutnya ia akan tetap sama? apakah ia akan sehangat sebelumnya ? Atau bagaimana kalau ia tak lagi mau singgah dibalik jendelaku, bagaimana kalau ia justru ingin melewatkanku, bagaimana kalau ia bersembunyi dibalik awan atau ia sengaja memanggil kabut malam. Ia tak lagi malu-malu, tapi ia tak ingin lagi habiskan malamnya mendengar ceritaku. Lalu haruskah aku menunggu ? 

Untuk Bulan yang sedang sabit

 Hei Bulan,  aku ingin berbicara banyak kepadamu, lebih dari 20rb kata yang katanya dibutuhkan wanita dalam sehari.  kau tahu, mungkin aku setiap hari bisa berbicara lebih dari itu, tapi ia tak pernah benar2 keluar dari mulutku, semua diwakilkan oleh suara yang tak pernah henti berbicara di kepalaku. Tapi ketika bersamamu, suara itu seakan memelan dan menyepi.  Tapi kini mereka kembali. Kadang mereka membuatku merasa begitu lelah.  Aku ingin bercerita kembali, denganmu.  Tapi sudah tiba waktu dimana pada akhirnya kita harus saling meninggalkan. Dan aku harus kembali berteman dengan riuhnya suara di kepalaku. 

Kembali Bersembunyi

Aku ingin banyak berkisah bersamamu, berbicara tentang banyak hal yang terasa lucu, seperti daun yang ragu mengungkap kagumnya pada angin yang membelainya malu-malu, seperti burung yang berharap embun mendengar kicaunya yang merdu, dan seperti aku yang tak henti menatapmu dalam anganku. Aku ingin bercerita tentang malam, yang datang seakan memberi harapan dalam sebuah  pertemuan. Malam seakan menulis kisah dalam mimpi yang akan terlupakan esok hari. Tapi ia lupa menghapus rasa yang tertoreh Ketika ia telah terganti terang matahari. Dan kini, ia beranjak pergi. Ku tarik tirai jendelaku dan aku kembali bersembunyi. Aku berteman sepi, lagi.